Senin, 30 Oktober 2017

MANAJEMEN RISIKO RUMAH SAKIT



MANAJEMEN RISIKO RUMAH SAKIT

Oleh :
Wawan Hernawan,SKep.CST

Malakah ini disampaikan dalam acara Pelatihan Manajemen Mutu, Manajemen Risiko, FMEA dan RCA
di Rumah Sakit Prof. Dr. Tabrani Ran dan RSIA Zainab
Pekanbaru, 15 – 16 Juni 2016

PENDAHULUAN

Upaya menanggulangi semua risiko yang mungkin terjadi di sebuah organisasi perusahaan ataupun yang lainnya, diperlukan sebuah proses yang dinamakan sebagai manajemen risiko. Adapun beberapa definisi manajemen risiko dari berbagai literatur yang didapat, antara lain :
a)     Manajemen risiko merupakan proses formal dimana faktor-faktor risiko secara sistematis diidentifikasi, diukur, dan dicari
b)     Manajemen risiko merupakan metoda penanganan sistematis formal dimana dikonsentrasikan pada pengientifikasian dan pengontrolan peristiwa atau kejadian yang memiliki kemungkinan perubahan yang tidak diinginkan.
c)     Manajemen risiko, adalah seni dan pengetahuan dalam mengidentifikasi, menganalisa, dan menjawab faktor-faktor risiko sepanjang pekerjaan berlangsung.

Sebelum mendalami manajemen Risiko, pengertian risiko sendiri adalah hal yang tidak akan pernah dapat dihindari pada suatu kegiatan/aktivitas yang dilakukan manusia. Karena dalam setiap kegiatan, pasti ada berbagai ketidakpastian (uncertainty).

Faktor ketidakpastian inilah yang akhirnya menyebabkan timbulnya risiko pada suatu kegiatan. Para ahli mendefinisikan risiko sebagai berikut :
(1).     Risiko adalah suatu variasi dari hasil – hasil yang dapat terjadi selama periode tertentu pada kondisi tertentu (William & Heins, 1985).
(2).     Risiko adalah sebuah potensi variasi sebuah hasil (William, Smith, Young, 1995).
(3).     Risiko adalah kombinasi probabilita suatu kejadian dengan konsekuensi atau akibatnya (Siahaan, 2007).

Kesimpulan dari beberapa pengertian Risiko diatas adalah buah dari ketidakpastian, dan tentunya ada banyak sekali faktor-faktor ketidakpastian pada  sebuah pekerjaan yang tentunya dapat menghasilkan berbagai macam risiko. Risiko dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam menurut karakteristiknya, yaitu lain:
1.    Risiko berdasarkan sifat
a)       Risiko Spekulatif (Speculative Risk), yaitu risiko yang memang sengaja diadakan, agar dilain pihak dapat diharapkan ha-hal yang menguntungkan. Contoh: Risiko yang disebabkan dalam hutang piutang, membangun proyek, perjudian, menjual produk, dan sebagainya.
b)       Risiko Murni (Pure Risk), yaitu risiko yang tidak disengaja, yang jika terjadi dapat menimbulkan kerugian secara tiba-tiba. Contoh : Risiko kebakaran, perampokan, pencurian, dan sebagainya.
2.    Risiko berdasarkan dapat tidaknya dialihkan
a)       Risiko yang dapat dialihkan, yaitu risiko yang dapat dipertanggungkan sebagai obyek yang terkena risiko kepada perusahaan asuransi dengan membayar sejumlah premi. Dengan demikian kerugian tersebut menjadi tanggungan (beban) perusahaan asuransi.
b)       Risiko yang tidak dapat dialihkan, yaitu semua risiko yang termasuk dalam risiko spekulatif yang tidak dapat dipertanggungkan pada perusahaan asuransi.
3.    Risiko berdasarkan asal timbulnya
a)       Risiko Internal, yaitu risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri. Misalnya risiko kerusakan peralatan kerja karena kesalahan pengoperasian, risiko kecelakaan kerja, risiko mismanagement, dan sebagainya.
b)       Risiko Eksternal, yaitu risiko yang berasal dari luar perusahaan atau lingkungan luar perusahaan. Misalnya risiko pencurian, penipuan, fluktuasi harga, perubahan politik, dan sebagainya.
c)       Selain macam-macam risiko diatas, Trieschman, Gustavon, Hoyt, (2001), juga mengemukakan beberapa macam risiko yang lain, diantaranya :
1.   Risiko Statis dan Risiko Dinamis (berdasarkan sejauh mana ketidakpastian berubah karena perubahan waktu)
a)       Risiko Statis.  
Yaitu risiko yang asalnya dari masyarakat yang tidak berubah yang berada dalam keseimbangan stabil. Risiko statis dapat bersifat murni ataupun spekulatif.  Contoh risiko spekulasi statis : Menjalankan bisnis dalam ekonomi stabil.  Contoh risiko murni statis : Ketidakpastian dari terjadinya sambaran petir, angin topan, dan kematian secara acak (secara random).
b)       Risiko Dinamis.
Risiko yang timbul karena terjadi perubahan dalam masyarakat. Risiko dinamis dapat bersifat murni ataupun spekulatif. Contoh sumber risiko dinamis : urbanisasi, perkembangan teknologi, dan perubahan undang-undang atau perubahan peraturan pemerintah.
2.    Risiko Subyektif dan Risiko Obyektif
a)       Risiko Subyektif
Risiko yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang yang mengalami ragu – ragu atau cemas akan terjadinya kejadian tertentu.
b)       Risiko Obyektif

Probabilita penyimpangan aktual dari yang diharapkan (dari rata - rata) sesuai pengalaman.
Beberapa bahasan diatas mengenai risiko ataupun manajemen risiko tentunya tidak berbeda dengan apa yang ada di tempat pelayanan kesehatan.

Dalam hal ini Rumah sakit merupakan tempat kerja yang unik dan kompleks, tidak saja menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, tetapi juga merupakan tempat pendidikan dan penelitian kedokteran. Semakin luas pelayanan kesehatan dan fungsi suatu rumah sakit maka semakin kompleks peralatan dan fasilitasnya. Kerumitan yang meliputi segala hal tersebut menyebabkan rumah sakit mempunyai potensi bahaya yang sangat besar, tidak hanya bagi pasien dan tenaga medis, risiko ini juga membahayakan pengunjung rumah sakit tersebut.

Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 1988 menunjukkan bahwa terjadinya kecelakaan di rumah sakit 41% lebih besar dari pekerja di industri lain. Kasus yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang, tergores/terpotong, luka bakar, dan penyakit infeksi, dan sebagainya. Sejumlah kasus dilaporkan mendapatkan kompensasi pada pekerja rumah sakit yaitu sprains, strains: 52%; contussion, crushing, bruising: 11%; cuts, laceration, puncture: 10,8%; fractures: 5,6%; multiple injuries: 2,1%; thermal burns: 2%; scratches, abrasions: 1,9%; infections: 1,3%; dermatitis : 1,2%; dan lain-lain: 12,4% (US Departement of Laboratorium, Bureau of Laboratorium Statistics, 1983).

Khusus di Indonesia, data penelitian sehubungan dengan bahaya-bahaya di tempat pelayanan kesehatan baik di rumah sakit belum tergambar dengan jelas namun diyakini bahwa banyak keluhan-keluhan dari para petugas di rumah sakit, sehubungan dengan bahaya-bahaya yang ada di rumah sakit. Selain itu, Gun (1983) memberikan catatan bahwa terdapat beberapa kasus penyakit kronis yang diderita petugas rumah sakit, yaitu hipertensi, varises, anemia (kebanyakan wanita), penyakit ginjal dan saluran kemih (69% wanita), dermatitis dan urtikaria (57% wanita), serta nyeri tulang belakang dan pergeseran discus intervertebrae. Ditambahkan juga bahwa terdapat beberapa kasus penyakit akut yanng diderita petugas rumah sakit lebih besar 1,5 kali dari petugas atau pekerja lain, yaitu penyakit infeksi dan parasit, saluran pernapasan, saluran cerna, dan keluhan lain seperti sakit telinga, sakit kepala, gangguan saluran kemih, masalah kelahiran anak, gangguan pada saat kehamilan, penyakit kulit dan sistem otot dan tulang rangka. Oleh karena itu, diperlukan sistem manajemen risiko yang benar-benar jelas, kontinyu, serta konsekuen dengan misi yang diemban, yaitu mengurangi nilai kecelakaan kerja, termasuk penyakit akibat kerja, bahkan dapat dieliminasikan.

Tujuan Pembelajaran :
1)    Peserta diharapkan mampu memahami tentang  pengertian umum Manajemen Resiko.
2)    Peserta diharapkan mampu memahami tentang Manajemen Resiko.
3)    Peserta diharapkan mampu memahami tentang potensi bahaya yang terdapat didalamnya.
4)    Peserta diharapkan mampu memahami tentang  pedoman manajemen Resiko yang disesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit
5)    Peserta diharapkan mampu memahami tentang  tujuan adanya keselamatan dan kesehatan kerja
6)    Peserta diharapkan mampu memahami tentang sistem pengorganisasian Manajemen Resiko.
7)    Peserta diharapkan mampu melaksanakan Manajemen Resiko di Rumah Sakit.

Manajemen Resiko
Untuk dapat menanggulangi semua risiko yang mungkin terjadi, diperlukan sebuah proses yang dinamakan sebagai manajemen risiko. Adapun beberapa definisi manajemen risiko dari berbagai literatur yang didapat, antara lain :
§  Manajemen risiko merupakan proses formal dimana faktor-faktor risiko secara sistematis diidentifikasi, diukur, dan dicari
§  Manajemen risiko merupakan metoda penanganan sistematis formal dimana dikonsentrasikan pada pengientifikasian dan pengontrolan peristiwa atau kejadian yang memiliki kemungkinan perubahan yang tidak diinginkan.
§  Manajemen risiko, dalam konteks proyek, adalah seni dan pengetahuan dalam mengidentifikasi, menganalisa, dan menjawab faktor – faktor risiko sepanjang masa proyek.




Tabel  1.
Definisi manajemen risiko
Definisi Manajemen Risiko
Sumber Referensi
Manajemen risiko merupakan pengenalan, pengukuran, dan perlakuan terhadap kerugian dari kemungkinan kecelakaan yang muncul
Williams dan Heins, 1985
Manajemen risiko merupakan sebuah proses untuk mengidentifikasi terjadinya kerugian yang dialami oleh suatu organisasi dan memilih teknik yang paling tepat untuk menangani kejadian tersebut
Redja, 2008
Manajemen risiko adalah sebuah proses formal untuk mengidentifikasi, menganalisa, dan merespon sebuah risiko secara sistematis, sepanjang jalannya pekerjaan, untuk mendapatkan tingkatan tertinggi atau yang bisa diterima, dalam hal mengeliminasi risiko atau kontrol risiko
Al Bahar dan Crandall, 1990
Manajemen risiko merupakan suatu aplikasi dari manajemen umum yang mencoba untuk mengidentifikasi, mengukur, dan menangani sebab dan akibat dari ketidakpastian pada sebuah organisasi
Williams, Smith, Young, 1995

Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa tahapan dalam manajemen risiko. Terdapat beberapa ahli yang mengemukakan pendapat mengenai tahapan-tahapan dalam manajemen risiko. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel  2
Tahapan manajemen risiko
Tahapan Manajemen Risiko
Sumber Referensi
a.     Identifikasi risiko
b.     Menafsir kerugian yang dapat terjadi (menentukan probabilitas dan dampaknya)
c.      Menangani risiko
d.     Pengimplementasian
e.     Memonitor dan mengevaluasi pengimplementasiannya
Williams dan Heins, 1985
a.     Identifikasi misi
b.     Menafsir risiko dan ketidakpastian
c.      Mengontrol risiko
d.     Membiayai risiko
e.     Pengadministrasian program
Williams, Smith, Young, 1995
a.     Identifikasi risiko
b.     Evaluasi risiko
c.      Memilih teknik manajemen risiko
d.     Mengimplementasikan dan meninjau kembali keputusan yang dibuat
Trieschmann, Gustavon, Hoyt, 1995
a.     Menafsir risiko
b.     Menganalisa risiko (menentukan probabilitas dan konsekuensinya)
c.      Menangani risiko
d.     Mendokumentasikan proses manajemen risiko
Kerzner, 1995
a.     Mengidentifikasi kerugian
b.     Menganalisa kerugian
c.      Memilih teknik pengangan yang tepat (mengontrol risiko dan membiayai risiko)
d.     Mengimplementasikan dan memonitor program manajemen risiko
Redja, 2008
a.     Mengidentifikasi risiko
b.     Menafsir dan menganalisa risiko
c.      Mengontrol risiko
Loosemore, Raftery, Reilly, Higgon, 2006
a.     Identifikasi risiko
b.     Analisa risiko dan proses evaluasi
c.      Respon manajemen
d.     Administrasi sistem
Al Bahar dan Crandall, 1990




Tahapan pertama dalam proses manajemen risiko adalah tahap identifikasi risiko. Identifikasi risiko merupakan suatu proses yang secara sistematis dan terus menerus dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan timbulnya risiko atau kerugian terhadap kekayaan, hutang, dan personil perusahaan.

Proses identifikasi risiko ini mungkin adalah proses yang terpenting, karena dari proses inilah, semua risiko yang ada atau yang mungkin terjadi pada suatu pekerjaan, harus diidentifikasi. Adapun proses identifikasi harus dilakukan secara cermat dan komprehensif, sehingga tidak ada risiko yang terlewatkan atau tidak teridentifikasi.  Dalam pelaksanaannya, identifikasi risiko dapat dilakukan dengan beberapa teknik, antara lain:
a)         Brainstorming
b)         Questionnaire
c)         Industry benchmarking
d)         Scenario analysis
e)         Risk assessment workshop
f)          Incident investigation
g)         Auditing
h)         Inspection
i)           Checklist
j)           HAZOP (Hazard and Operability Studies)
k)         dan sebagainya

Manajemen risiko mulai diperkenalkan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja pada era tahun 1980-an setelah berkembangnya teori accident model dari ILCI dan juga semakin maraknya isu lingkungan dan kesehatan.

Manajemen risiko bertujuan untuk minimisasi kerugian dan meningkatkan kesempatan ataupun peluang. Bila dilihat terjadinya kerugian dengan teori accident model dari ILCI,maka manajemen risiko dapat memotong mata rantai kejadian kerugian tersebut, sehingga efek dominonya tidak akan terjadi. Pada dasarnya manajemen risiko bersifat pencegahan terhadap terjadinya kerugian maupun ‘accident’.


Ruang lingkup proses manajemen risiko terdiri dari :
1.     Penentuan konteks kegiatan yang akan dikelola risikonya
2.     Identifikasi risiko
3.     Analisis risiko
4.     Evaluasi risiko
5.     Pengendalian risiko
6.     Pemantauan dan telaah ulang
7.     Koordinasi dan komunikasi

Pelaksanaan manajemen risiko haruslah menjadi bagian integral dari pelaksanaan sistem manajemen perusahaan/ organisasi. Proses manajemen risiko Ini merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk terciptanya perbaikan berkelanjutan (continuous improvement). Proses manajemen risiko juga sering dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi.

Manajemen risiko adalah metode yang tersusun secara logis dan sistematis dari suatu rangkaian kegiatan mulai dari penetapan konteks, identifikasi, analisa, evaluasi, pengendalian serta komunikasi risiko. Proses ini dapat diterapkan di semua tingkatan kegiatan, jabatan, proyek, produk ataupun asset. Manajemen risiko dapat memberikan manfaat optimal jika diterapkan sejak awal kegiatan. Walaupun demikian manajemen risiko seringkali dilakukan pada tahap pelaksanaan ataupun operasional kegiatan.

Terdapat empat prasyarat utama manajemen resiko,yaitu:
1. Kebijakan Manajemen Risiko
Eksekutif organisasi harus dapat mendefinisikan dan membuktikan kebenaran dari kebijakan manajemen risikonya,termasuk tujuannya untuk apa,dan komitmennya. Kebijakan manjemen risiko harus relevan dengan konteks strategi dan tujuan organisasi,objektif dan sesuai dengan sifat dasar bisnis (organisasi) tersebut. Manejemen akan memastikan bahwa kebijakan tersebut dapat dimengerti,dapat diimplementasikan di setiap tingkatan organisasi.





2. Perencanaan Dan Pengelolaan Hasil
1). Komitmen Manajemen;Organisasi harus dapat memastikan bahwa:
·       Sistem manejemen risiko telah dapat dilaksanakan,dan telah sesuai dengan standar
·       Hasil/ performa dari sistem manajemen risiko dilaporkan ke manajemen organisasi,agar dapat digunakan dalam meninjau (review) dan sebagai dasar (acuan) dalam pengambilan keputusan.
2).Tanggung jawab dan kewenangan;
Tanggung jawab, kekuasaan dan hubungan antar anggota yang dapat menunjukkan dan membedakan fungsi kerja didalam manajemen risiko harus terdokumentasikan khususnya untuk hal-hal sebagai berikut :
·       Tindakan pencegahan atau pengurangan efek dari risiko.
·       Pengendalian yang akan dilakukan agar faktor risiko tetap pada batas yang masih dapat diterima.
·       Pencatatan faktor-faktor yang berhubungan dengan kegiatan manajemen risiko.
·       Rekomendasi solusi sesuai cara yang telah ditentukan.
·       Memeriksa validitas implementasi solusi yang ada.
·       Komunikasi dan konsultasi secara internal dan eksternal.
3).Sumber Daya Manusia;
Organisasi harus dapat mengidentifikasikan persyaratan kompetensi sumber daya manusia (SDM) yang diperlukan. Oleh karena itu untuk meningkatkan kualifikasi SDM perlu untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang relevan dengan pekerjaannya seperti pelatihan manajerial,dan lain sebagainya.

3. Implementasi Program
Sejumlah langkah perlu dilakukan agar implementasi sistem manajemen risiko dapat berjalan secara efektif pada sebuah organisasi. Langkah-langkah yang akan dilakukan tergantung pada filosofi,budaya dan struktur dari organisasi tersebut.

4. Tinjauan Manajemen
Tinjauan sistem manajemen risiko pada tahap yang spesifik,harus dapat  memastikan kesesuaian kegiatan manajemen risiko yang sedang dilakukan dengan standar yang digunakan dan dengan tahap-tahap berikutnya.

Manajemen risiko adalah bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen proses. Manajemen risiko adalah bagian dari proses kegiatan didalam organisasi dan pelaksananya terdiri dari mutlidisiplin keilmuan dan latar belakang, manajemen risiko adalah proses yang berjalan terus menerus.

Elemen utama dari proses manajemen risiko,seperti yang terlihat pada gambar meliputi :
·       Penetapan tujuan
Menetapkan strategi,kebijakan organisasi dan ruang lingkup manajemen risiko yang akan dilakukan.
·       Identifkasi risiko
Mengidentifikasi apa,mengapa dan bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko untuk analisis lebih lanjut.
·       Analisis risiko
Dilakukan dengan menentukan tingkatan probabilitas dan konsekuensi yang akan terjadi. Kemudian ditentukan tingkatan risiko yang ada dengan mengalikan kedua variabel tersebut (probabilitas X konsekuensi).
·       Evaluasi risiko
Membandingkan tingkat risiko yang ada dengan kriteria standar. Setelah itu tingkatan risiko yang ada untuk beberapa hazards dibuat tingkatan prioritas manajemennya. Jika tingkat risiko ditetapkan rendah,maka risiko tersebut masuk ke dalam kategori yang dapat diterima dan mungkin hanya memerlukan pemantauan saja tanpa harus melakukan pengendalian.
·       Pengendalian risiko
·       Melakukan penurunan derajat probabilitas dan konsekuensi yang ada dengan menggunakan berbagai alternatif metode,bisa dengan transfer risiko,dan lain-lain.
·       Monitor dan Review
Monitor dan review terhadap hasil sistem manajemen risiko yang dilakukan serta mengidentifikasi perubahan-perubahan yang perlu dilakukan.
·       Komunikasi dan konsultasi
Komunikasi dan konsultasi dengan pengambil keputusan internal dan eksternal untuk tindak lanjut dari hasil manajemen risiko yang dilakukan.

Manajemen risiko dapat diterapkan di setiap level di organisasi. Manajemen risiko dapat diterapkan di level strategis dan level operasional. Manajemen risiko juga dapat diterapkan pada proyek yang spesifik,untuk membantu  proses pengambilan keputusan ataupun untuk pengelolaan daerah dengan risiko yang spesifik.

B.       Penerapan Manajemen Risiko Dalam Tatanan Klinis

Dalam tatanan keperawatan kritis, ada 8 langkah yang bisa diaplikasikan sebagai upaya penerapan manajemen resiko, yaitu :
a.    Langkah 1 : Menetapkan konteks
Konteks merupakan dasar/pijakan bagi proses manajemen risiko selanjutnya. Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area keperawatan kritis antara lain :
1.    Adanya konteks manajemen risiko pada area keperawatan kritis. 
Contoh :
Dengan data banyaknya kejadian VAP di area kritis, maka perlu dibuat protab untuk menekan angka kejadian VAP bagi pasien yang terpasang ventilator. 
2.    Adanya risk criteria pada area keperawatan kritis.
Contoh :
Dengan membuat peta 10 besar penyakit yang sering dirawat di area keperawatan kritis.
3.    Adanya peta risiko korporat di area kepereawatan kritis (gunakan pendekatan masukan, proses, keluaran).
Contoh :
Ada laporan tentang kondisi pasien mulai dari masuk ruangan, proses perawatan, sampai akhir proses perawatan dan pasien meninggalkan ruangan tersebut.

b.    Langkah 2 : Identifikasi bahaya
Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area keperawatan kritis antara lain :
1.    Adanya risiko K3 pada area keperawatan kritis.
Contoh :
Jika suatu rumah sakit belum memiliki oksigen sentral, maka perlu diantisipasi adanya tabung oksigen yang jatuh dan bisa menimpa pasien.
2.    Adanya registrasi risiko yang ada pada area keperawatan kritis
Risk register mencatat semua sumber bahaya, lokasi, tingkat risiko dan rencana pengendaliannya. Contoh :
Pada kasus VAP, sumber bahaya bisa dari pemakaian ventilator dalam jangka waktu lama, petugas kesehatan yang tidak melakukan prosedur cuci tangan saat dan setelah melakukan intervensi ke pasien, serta aktivitas lain yang bisa menjadi faktor risiko VAP, serta rencana pengendaliannya harus dicatat dan perlu dijadikan suatu protab yang harus dipatuhi oleh seluruh tenaga kesehatan yang ada pada area keperawatan kritis.

c.    Langkah 3 : Penilaian risiko
Penilaian risiko merupakan proses menganalisa tingkat resiko, pertimbangan tingkat bahaya, dan mengevaluasi apakah sumber bahaya dapat dikendalikan atau tidak, dengan memperhitungkan segala kemungkinan yang terjadi.
Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area keperawatan kritis antara lain :
1.    Adanya penilaian risiko untuk setiap bahaya yang ada.
2.    Terdapat risk matrix.
Untuk mengidetifikasi potensi kerugian gunakan tabel matriks kualitatif. Menentukan Nilai probabilitas kerugian menggunakan 3 kategori: Critical, Very Serious and Less Serious. Contoh risk matrix :
Tabel 3
Contoh matrix risiko
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4LLJ8P1ofh8MCp67ihcK7afMrlYHmbHaPWQpxKc6gV5-8wOQumFJSr0qkt0uTl4Q_aWkjM4kdW0HPpiyunmz2_4-Ja_wm2De4njNXMnJfakcixRRhyphenhyphengK9SlcgDce-O1O2UoRYHfqg7DY/s1600/matrik+risiko.JPG






Analisa matrik grading risiko (KKP-RS , 2008)
Penilaian matriks risiko adalah suatu metode analisa kualitatif untuk menentukan derajat risiko suatu insiden berdasarkan dampak dan probabilitasnya.
a.    Dampak (Consequences)
Penilaian dampak / akibat suatu insiden adalah seberapa berat akibat yang dialami pasien mulai dari tidak ada cedera sampai meninggal.
b.    Probabilitas / Frekuensi /Likelihood
Penilaian tingkat probabilitas / frekuensi risiko adalah seberapa seringnya insiden tersebut terjadi.





Tabel 4
Penilaian Dampak Klinis / Konsekuensi / Severity
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWanydoVbZDZNYuC0iTcXAf1G8wjdbshkGpSbOTgMGYnVWvvt06cohkmA3FZnHHXSh9ouqL5JycOqFjGzjaRLKlStWJxVBWCwBY5ceXr8ei9gQ-PQpFvIpQmzbgzHw6Y1n1h9K80pHp1c/s1600/penilaian+dampak.JPG











Tabel 5
Penilaian Probabilitas / Frekuensi
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjytYxV6BO4ONBls6_YJ6xJH1mRBkzlwkwcIMAQNLLStsugOA8KO5tcfCg6MoNCMO6GePtszWzDkWzcJxjacpMP-9jkl77x3coCq74tObo2xQjMzQ2Te9mTHy_QIRhrJpEWqNC8642iyVk/s1600/penilaian+probabilitas.JPG







Setelah nilai dampak dan probabilitas diketahui, dimasukkan dalam TABEL MATRIKS GRADING RISIKO untuk menghitung SKOR RISIKO dan mencari WARNA BANDS RISIKO. 
a.    SKOR RISIKO
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3boQXDHw4E9_wNkKQIZoObPz0wXk3UlIfKSpU6bcIaEAe_AVDeoU4DeO1IWAyiavP1Kwm5TnPK0qP3_QjxYEJxo6vi6uDmQbfY7h4d7xizEb4qN5ucUEl_cGRaX5sdC0U8H10FkJeAuQ/s1600/skor+risiko.JPG



Cara menghitung skor risiko :
Untuk menentukan skor risiko digunakan matriks grading risiko (tabel 3) :
1.    Tetapkan frekuensi pada kolom kiri
2.    Tetapkan dampak pada baris ke arah kanan,
3.    Tetapkan warna bandsnya, berdasarkan pertemuan antara frekuensi dan dampak.

b.    BANDS RISIKO
Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat warna yaitu : Biru, Hijau, Kuning dan Merah. Warna “bands” akan menentukan Investigasi yang akan dilakukan :
1.    Æ’ Bands BIRU dan HIJAU        : Investigasi sederhana
2.    Æ’ Bands KUNING dan MERAH             : Investigasi Komprehensif / RCA

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcQrOAb-q28wtjbHNKUtWUqRRYUIxpvaRSdL4ocVeIYmgvjzhw0RkH7VPOjXOnikMOlfM3FYF6SH0rHZW6U6ddcKqbdF1T35PlxlP_VzVtVOG4NnwCkAdvYFaZvKhxt9i0Q2r4_FnFJbc/s1600/bands+risiko.JPG




Contoh :
Pasien jatuh dari tempat tidur dan meninggal, kejadian seperti ini di “ RS X “ terjadi pada 2 tahun yang lalu.
Nilai dampak          : 5 (Katastropik) karena pasien meninggal
Nilai probabilitas     : 3 (Mungkin terjadi) karena pernah terjadi 2 thn lalu
Skoring risiko         : 5 x 3 = 15
Warna Bands          : Merah (ekstrim)
Tabel 6
Matrix Grading Risiko
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5A3SCIJAepQkKv4NKavQzJz0Ms5HYjCCK8NDX_OjYUaITPY6qlyrgxieWf4ILkaxI61D1WeM_5YoonoGn514uCOlxBjxVIdffPkkZWGgbgOjLq7zQ0xFASv4DfP-MOpfQXVxfR0EMU9s/s1600/matrik+grading.JPG








Tabel 7
Tindakan sesuai Tingkat dan bands risiko
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDVZ1QE4DLjv3arM6c0HOsghMrV3ru0h7n8ueDaHgeaCvUp5oi5d9fqhyVr3zXP6zPj7TuO1MuKXlVLOgLOx6Cue9m0rLGrHsKaL8kOYPLt81f4fy-QlMmdZ-WdQIB_nn90MPxQ7ZRE_c/s1600/tindakan+sesuai+bands+ririko.JPG










3.    Adanya risk profile atau risk mapping.
Misalnya :
Di ruang ICU harus ada pemetaan jenis kuman yang berkembang.

d.    Langkah 4 : Analisa risiko
Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area keperawatan kritis antara lain :
Adanya analisa secara kualitatif atau kuantitatif terhadap setiap risiko di area keperawatan kritis

e.    Langkah 5 : Pengendalian risiko
Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area keperawatan kritis antara lain :
Adanya langkah pengendalian sampai risiko mencapai batas yang dapat diterima. Langkah pengendalian risiko merupakan eliminasi bahaya dengan desain dan metode penilaian resiko yang sesuai. Semua resiko harus dikurangi ke arah tingkat As Low As Reasonable Practical (ALARP). 
Langkah pengendalian risiko yang bisa diterapkan dalam area keperawatan kritis diantaranya :
(1).   Pencegahan pada sumbernya
Misalnya :
Pada kasus VAP, angka kejadian VAP bisa ditekan dengan melakukan tindakan pencegahan terhadap semua faktor risiko yang bisa menyebabkan VAP, diantaranya : Membuat protap cuci tangan yang benar, teknik suctioning yang tepat, dll.
(2).   Proteksi akibat dari bahaya
(3).   Tanggap darurat
(4).   Belajar dari kasus sebelumnya

f.    Langkah 6 : Komunikasi risiko
Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area keperawatan kritis antara lain :
(1).     Adanya pola komunikasi semua risiko kepada pihak terkait.
(2).     Adanya media untuk menyebarkan hasil ke seluruh pihak terkait dengan kegiatan

g.    Langkah 7 : Dokumentasi manajemen risiko
Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area keperawatan kritis antara lain :
(1).   Adanya dokumen semua program manajemen risiko.Misalnya : Adanya pelaporan untuk setiap angka kejadian VAP.
(2).   Adanya dokumen hasil identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian yang dilakukan

h.    Langkah 8 : Implementasi manajemen risiko
Contoh program yang bisa dilakukan di area keperawatan kritis antara lain :
1)         Implementasikan semua hasil pengendalian risiko dalam setiap tahapan aktivitas.
2)         Adanya program pengendalian risiko dalam rencana kerja



KESIMPULAN :
Setelah risiko-risiko yang mungkin terjadi dievaluasi dengan menggunakan parameter-parameter probabilitas dan konsekuensi risiko, selanjutnya dapat dilakukan suatu analisa untuk mengevaluasi dampak risiko secara keseluruhan, dengan menggunakan matriks evaluasi risiko. Dalam penanganan risiko ini mengacu pada ISO 31000:2009 Standar Manajemen Resiko.

Standar ini memberikan panduan yang diterima secara universal tentang proses manajemen risiko generik. Standar Manajemen Risiko dimaksudkan untuk menggantikan standar yang berbeda banyak, yang membentang di seluruh industri, wilayah, dan subyek yang ada di semua bidang.

Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. Rumah sakit merupakan salah satu tempat bagi masyarakat untuk mendapatkan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan dengan berbagai fasilitas dan peralatan kesehatannya.

Potensi bahaya di rumah sakit, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di rumah sakit, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cedera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anestesi, gangguan psikososial, dan ergonomi. Semua potensi-potensi bahaya tersebut jelas mengancam jiwa bagi kehidupan bagi para karyawan di rumah sakit, para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan rumah sakit.

Rumah sakit mempunyai karakteristik khusus yang dapat meningkatkan peluang kecelakaan. Misalnya, petugas acapkali menggunakan dan menyerahkan instrumen benda-benda tajam tanpa melihat atau membiarkan orang lain tahu apa yang sedang mereka lakukan.

Ruang kerja yang terbatas dan kemampuan melihat apa yang sedang terjadi di area operasi bagi sejumlah anggota tim (perawat instrumen atau asisten) dapat menjadi buruk. Hal ini dapat mempercepat dan menambah stres kecemasan, kelelahan, frustasi dan kadang-kadang bahkan kemarahan. Pada akhirnya, paparan atas darah acapkali terjadi tanpa sepengetahuan orang tersebut, biasanya tidak diketahui hingga sarung tangan dilepaskan pada akhir prosedur yang memperpanjang durasi paparan. Pada kenyataannya, jari jemari acap kali menjadi tempat goresan kecil dan luka, meningkatkan risiko infeksi terhadap patogen yang ditularkan lewat darah.

Mengelolah risiko harus dilakukan secara komprehensif melalui pendekatan manajemen risiko sebagaimana terlihat dalam Risk management standard AS/NZS 4360,yang meliputi:
1. Penentuan konteks,
2. Identifikasi risiko
3. Analisa risiko,
4. Evaluasi risiko,
5. Pengendalian risiko,
6. Komunikasi,dan
7. Pemantauan dan tinjaun ulang

Langkah awal mengembangkan manajemen risiko adalah menentuhkan konteks yang diperluhkan karena manajemen risiko sangat luas dan bermacam aplikasinya salah satu diantaranya adalah manajemen risiko K3. Untuk manajemen risiko K3 sendiri,juga diperluhkan penentuan konteks yang akan dikembangkan misalnya menyangkut risiko kesehatan kerja, kebakaran, hygiene, industry,dan lainnya. Dari konteks tersebut masih dapat dikembangkan lebih lanjut misalnya manajemen risiko untuk aktivita rumah sakit.

Penentuan konteks ini diselaraskan dengan visi dan misi organisasi serta sasaran yang ingin dicapai. Lebih lanjut ditetepkan pula criteria risiko yang sesuai bagi organisasi. Setelah  menetapkan konteks manajemen risiko, langkah berikutnya adalah melakukan identifikan bahaya, analisa dan evaluasi risiko serta menentuhkan langkah atau strategi pengendalainnya.

Tujuan dari diterapkannya manajemen resiko yang terintegrasi dalam K3 ini pada Rumah Sakit adalah terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan karyawan RS, pasien serta pengunjung ke sarana layanan kesehatan ini.

Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja menurut Peraturan Menteri Kesehatan 2007 meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
1.    Tahap persiapan (komitmen dan kebijakan)
2.    Tahap perencanaan
3.    Tahap penerapan atau pelaksanaan
4.    Tahap Pengukuran dan evaluasi, dan
5.    Tahap peninjauan ulang dan peningkatan.
Bentuk kegiatan yang mendukung terselengaranya sistem manajemen resiko yang terintegrasi dalam K3 agar berjalan dengan benar, meliputi penyuluhan K3 ke semua petugas RS, pelatihan K3 yang disesuaikan dengan kebutuhan individu dengan perilaku tertentu agar berperilaku sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya sebagai produk akhir dari pelatihan

Beberapa Istilah Penting Dalam Manajemen Risiko :
§  Konsekuensi ; Akibat dari suatu kejadian yang dinyatakan secara kualitatif atau kuantitatif,berupa kerugian,sakit,cedera,keadaan merugikan atau menguntungkan. Bisa juga berupa rentangan akibat-akibat yang mungkin terjadi dan berhubungan dengan suatu kejadian.
§  Biaya ; Dari suatu kegiatan,baik langsung dan tidak langsung,meliputi berbagai dampak negatif,termasuk uang,waktu,tenaga kerja,gangguan,nama  baik,politik dan kerugian-kerugian lain yang tidak dinyatakan secara jelas.
§  Kejadian ; Suatu peristiwa (insiden) atau situasi,yang terjadi pada tempat tertentu selama interval waktu tertentu.
§  Analisis Urutan Kejadian ; Suatu teknik yang menggambarkan rentangan kemungkinan dan rangkaian akibat yang bisa timbul dari proses suatu kejadian.
§  Analisis Urutan Kesalahan ; Suatu metode sistem teknik untuk menunjukkan kombinasi-kombinasi yang logis dari berbagai keadaan sistem dan penyebab-penyebab yang mungkin bisa berkontribusi terhadap kejadian tertentu (disebut kejadian puncak).
§  Frekuensi ; Ukuran angka dari peristiwa suatu kejadian yang dinyatakan sebagai jumlah peristiwa suatu kejadian dalam waktu tertentu. Terlihat juga seperti kemungkinan dan peluang.
§  Bahaya (hazard) ; Faktor intrinsik yang melekat pada sesuatu dan mempunyai potensi untuk menimbulkan kerugian.
§  Monitoring/ Pemantauan ; Pengecekan,Pengawasan,Pengamatan secara kritis,atau Pencatatan kemajuan dari suatu kegiatan,tindakan,atau sistem untuk mengidentifikasi perubahan-perubahan yang mungkin terjadi.
§  Probabilitas ; Digunakan sebagai gambaran kualitatif dari peluang atau frekuensi. Kemungkinan dari kejadian atau hasil yang spesifik,diukur dengan rasio dari kejadian atau hasil yang spesifik terhadap jumlah kemungkinan kejadian atau hasil. Probabilitas dilambangkan dengan angka dari 0 dan 1,dengan 0 menandakan kejadian atau hasil yang tidak mungkin dan 1 menandakan kejadian atau hasil yang pasti.
§  Risiko Ikutan ; Tingkat risiko yang masih ada setelah manajemen risiko dilakukan.
§  Risiko ; Peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak terhadap sasaran. Ini diukur dengan hukum sebab akibat. Variabel yang diukur biasanya probabilitas,konsekuensi dan juga pemajanan.
§  Penerimaan Risiko (acceptable risk) ; Keputusan untuk menerima konsekuensi dan kemungkinan risiko tertentu.
§  Analisis risiko ; Sebuah sistematika yang menggunakan informasi yang didapat untuk menentukan seberapa sering kejadian tertentu dapat terjadi dan besarnya konsekuensi tersebut.
§  Penilaian risiko ; Proses analisis risiko dan evalusi risiko secara keseluruhan.
§  Penghindaran risiko ; Keputusan yang diberitahukan tidak menjadi terlibat dalam situasi risiko.
§  Pengendalian risiko ; Bagian dari manajemen risiko yang melibatkan penerapan kebijakan,standar,prosedur perubahan fisik untuk menghilangkan atau mengurangi risiko yang kurang baik.
§  Evaluasi risiko ; Proses yang biasa digunakan untuk menentukan manajemen risiko dengan membandingkan tingkat risiko terhadap standar yang telah ditentukan,target tingkat risiko dan kriteria lainnya.
§  Identifikasi Risiko ; Proses menentukan apa yang dapat terjadi,mengapa dan bagaimana.
§  Pengurangan Risiko ; Penggunaan/ penerapan prinsip-prinsip manajemen dan teknik-teknik yang tepat secara selektif,dalam rangka mengurangi kemungkinan terjadinya suatu kejadian atau konsekuensinya,atau keduanya.
§  Pemindahan Risiko (risk transfer) ; Mendelegasikan atau memindahkan suatu beban kerugian ke suatu kelompok/ bagian lain melalui jalur hukum,perjanjian/ kontrak,asuransi,dan lain-lain. Pemindahan risiko mengacu pada pemindahan risiko fisik dan bagiannya ke tempat lain.

DAFTAR PUSTAKA
COSO (The Committee of Sponsoring Organization) of the Treadway Commission. 2004a. Enterprise Risk Management – Integrated Framework. PDF Version.http://www.coso.org
 Internal Auditor. 2005. ERM: a Status Report. February 2005. The Institute of Internal auditor. Florida. 
Komite Keselamatan Rumah Sakit. 2007. Meningkatkan Kepercayaan Dengan Patient Safety.
Miccolis, J. dan S. Shah. 2000. Enterprise Risk Management – An Analytic Approach.Tillinghast-Towers Perrin. http://www.tillinghast.com 
Susilo, Leo J. dan Victor Riwu Kaho.2010. Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000. Ppm Manajemen. Jakarta. 
Vedpuriswar, A.V, P. Madhav, dan N. V. Chowdary. 2001. A strategic approach to Enterprise Risk Management. Icfaian School of Management. Hyderabad.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar